Revitalisasi Kesenian Rakyat Borobudur dalam Perspektif Estetika Religius Walter Benjamin
DOI:
https://doi.org/10.33550/sd.v11i1.418Kata Kunci:
estetika religius, Borobudur, kesenian rakyat, Walter BenjaminAbstrak
Artikel ini bertujuan untuk memotret dinamika kesenian rakyat Borobudur yang mengalami pasang surut. Sebagian masyarakat menilai surutnya kesenian rakyat mulanya adalah dampak dari kemunculan televisi, salah satu instrumen modernisme. Jika logika tersebut digunakan, idealnya kesenian rakyat hari ini tengah berjalan menuju kepunahannya. Namun, kesenian rakyat yang telah mati puluhan tahun seperti ketoprak, berhasil direvitalisasi beberapa tahun terakhir. Di sisi lain, masyarakat Borobudur memiliki karakteristik religiositas yang unik. Mereka menganut agama yang beragam, tetapi mereka menggenggam nilai moral dan etika yang sama, yakni Jawa. Untuk bisa memahami dinamika yang terjadi, artikel ini menggunakan teori estetika religius Walter Benjamin sebagai pisau analisis. Secara khusus, artikel ini akan menjawab dua pertanyaan penelitian, yakni bagaimana religiositas memengaruhi gerakan revitalisasi kesenian rakyat dan apa fungsi sosial yang dihasilkan dari revitalisasi tersebut. Pertanyaan tersebut dijawab dengan menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografis yang dilakukan di Kecamatan Borobudur pada tahun 2022.
Statistik
Referensi
Beatty, Andrew. Varieties of Javanese Religion: An Anthropological Account. Cambridge University Press, 2003. https://doi.org/10.1017/CBO9780511612497.
Benjamin, Walter. The Work of Art in the Age of Mechanical Reproduction. Diterjemahkan oleh J. A. Underwood. United Kingdom: Penguin Books Limited, 2008.
Buck-Morss, Susan. “Aesthetics and Anaesthetics: Walter Benjamin’s Artwork Essay Reconsidered.” October 62 (1992): 3–41. https://doi.org/10.2307/778700.
Creswell, John W. Qualitative Inquiry & Research Design Choosing Among Five Approaches (2nd edition). California: Sage Publications, 2007.
Dipoyono, Acmad. “Revitalisasi Seni Pertunjukan Tradisional Ketoprak di Surakarta.” LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang XV, no. 2 (2018): 107–16. https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/lakon/article/view/3001/2530.
Endraswara, Suwardi. Metode Pembelejaran Drama: Apresiasi, ekspresi, dan Pengkajian. Yogyakarta: Penerbit Caps, 2014.
Geertz, Clifford. The Religion of Java. Chichago: The University of Chicago Press, 1960.
Hardiman, Fransisco Budi. “Aura dalam Reproduksi Digital: Membaca Ulang Walter Benjamin.” Jurnal Ledalero 19, no. 2 (2020): 115–26. http://ejurnal.iftkledalero.ac.id/ index.php/JLe/article/view/210.
Plate, S. Brent. Walter Benjamin Religion, and Aesthetics: Rethinking Religion through the Arts. New York: Routledge, 2005.
Salim, Agus. “Javanese religion, Islam or syncretism: comparing Woodward’s Islam in Java and Beatty’s Varieties of Javanese Religion.” IJIMS, Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies 3, no. 2 (2013): 223–66. https://doi.org/10.18326/ijims.v3i2.223-266.
Satoto, Soediro. Analisis Drama dan Teater (Jilid I). Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012.
Tukan, Berto. “Dua Aura Pada Karya Seni: Pembacaan Awal Konsep Aura Karya Seni Menurut Walter Benjamin.” JSRW (Jurnal Senirupa Warna) 5, no. 2 (2017): 121–27. https://jsrw.ikj.ac.id/index.php/jurnal/article/view/48.
Woodward, Mark. Java, Indonesia and Islam. Muslims in Global Societies Series. New York: Springer, 2011.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2024 Reformed Center for Religion and Society
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.