Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat
https://societasdei.rcrs.org/index.php/SD
<p><em>Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat</em> merupakan jurnal nasional yang dapat menjadi sumber informasi ilmiah bagi para peneliti di dunia akademik, lembaga penelitian, dan instansi pemerintah. Hasil peneltiian dari berbagai perspektif penulis dengan latar belakang agama yang berbeda memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menyebarluaskan nilai-nilai agama yang dapat bersumbangsih bagi terciptanya kehidupan beragama yang harmonis.<br /><br />Penerbit jurnal ini adalah <a title="RCRS" href="http://reformed-crs.org/" target="_blank" rel="noopener">Pusat Pengkajian Reformed Bagi Agama dan Masyarakat</a> (RCRS) dan secara rutin menerbitkan dua kali setahun, pada bulan April dan Oktober, dengan jumlah edisi setiap artikel minimal lima artikel. Edisi pertama diterbitkan pada April 2014. Sejak Volume 4 Nomor 2 Tahun 2017, jurnal telah terakreditasi secara nasional oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, No. 30/E/KPT/2019 (11 November 2019). Pada Volume 8 Nomor 2 Tahun 2021, jurnal telah reakreditasi SINTA 3 hingga Volume 13 Nomor 1 2026 berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Nomor 105/E/KPT/2022.</p>Reformed Center for Religion and Societyid-IDSocietas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat2407-0556Dewan Penyunting & Daftar Isi
https://societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/500
Sharon Budihardjo
Hak Cipta (c) 2024 Reformed Center for Religion and Society
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-12-312024-12-31112Riwayat Penulis, Mitra Bestari, Panduan Penulisan
https://societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/501
Sharon Budihardjo
Hak Cipta (c) 2024 Reformed Center for Religion and Society
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-12-312024-12-31112Dari Logika Dominasi Menuju Logika Advokasi
https://societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/436
<p>Dalam kajian tentang kewargaan di Indonesia, istilah mayoritas-minoritas telah dikenal. Tulisan ini bertujuan untuk menggugat kuasa di balik wacana mayoritas-minoritas di Indonesia. Pembicaraan tentang minoritas yang sedianya digunakan sebagai sarana advokasi sudah berubah menjadi sarana dominasi. Dalam kajian politik identitas pada paruh kedua abad ke-20, minoritas berhubungan dengan pembelaan kepada kulit hitam di Amerika Serikat, kaum LGBT, serta kelompok Indian di Amerika. Namun, dalam konteks Indonesia, pembicaraan mengenai mayoritas dan minoritas bergeser kepada soal jumlah. Mayoritas adalah kelompok masyarakat yang berjumlah banyak, sementara minoritas menunjuk kelompok yang berjumlah lebih sedikit. Wacana macam ini terjadi dalam pembicaraan tentang kewarganegaraan di Indonesia, terutama yang berlatar belakang agama sehingga agama mayoritas dan agama minoritas mulai dikenal. Dengan menggunakan metode netnografi, penelitian ini melihat berbagai kemungkinan di dalam memaknai kata minoritas di tengah masyarakat Indonesia. Penelitian pustaka ini akan menggunakan sudut pandang teori kekerasan simbolik dari Pierre Bourdieu. Dari sudut pandang ini, ditemukan bahwa wacana yang berkembang bukanlah mayoritas-minoritas melainkan peminoritasan (<em>minoritization</em>). Tulisan ini menawarkan logika arus balik. Logika dominasi yang saat ini berkancah di dalam kata minoritas didorong untuk kembali kepada logika advokasi yang menjadi semangat asalinya.</p>Martinus Lelono
Hak Cipta (c) 2024 Reformed Center for Religion and Society
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-10-292024-10-2911210211910.33550/sd.v11i2.436Israel Dulu dan Kini
https://societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/454
<p>Umat pilihan adalah sebutan yang sering diberlakukan untuk orang Yahudi. Namun, gereja pasca-Perjanjian Baru menganggap status keumatan Israel sudah berakhir—suatu asumsi teologis yang baru dikoreksi sejak pertengahan abad ke-20. Dalam rangka itulah, artikel ini memeriksa ulang konsep umat pilihan secara alkitabiah. Bahasa Deuteronomis untuk pemilihan Israel adalah pembebasan mereka dari perbudakan Mesir untuk menjadi bangsa penyembah Yahweh (keumatan <em>‘ebed</em>). Namun, Perjanjian Sinai menuntut Israel lebih dari itu, yakni menjadi umat yang istimewa, keumatan teladan (keumatan <em>s<sup>e</sup>gullā</em>). Realitas keumatan <em>‘ebed</em> adalah tak bersyarat dan dasarnya semata-mata faktor Allah, kasih dan kesetiaan-Nya (Ul. 7:6-8). Sebaliknya, realitas keumatan <em>s<sup>e</sup>gullā</em> bersyarat dan dasarnya adalah faktor Israel, yakni kesungguhan mereka untuk berpegang pada perjanjian (Kel. 19:5-6) yang kemudian ternyata gagal, kecuali umat sisa. Kendati demikian, kegagalan Israel membuka jalan bagi keumatan yang diperluas, yang mengikutsertakan orang-orang non-Yahudi secara massal, sementara keselamatan massal orang Yahudi merupakan realitas eskatologis (Rm. 11:25-26).</p>Yonky Karman
Hak Cipta (c) 2024 Reformed Center for Religion and Society
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-10-292024-10-2911212013610.33550/sd.v11i2.454Tanggapan Pemuda Kristen terhadap Penalaran Kitab Suci Lintas Agama
https://societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/473
<p>Pembacaan Kitab Suci rentan terhadap penafsiran dan dapat menawarkan nilai-nilai konstruktif, tetapi juga dapat mengarah pada pengucilan diri dan tindakan yang merusak. Secara tradisional, pembacaan dan penafsiran Kitab Suci merupakan kegiatan internal di dalam setiap komunitas agama. Namun, di Yogyakarta, kegiatan Scriptural Reasoning diselenggarakan oleh Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC) Indonesia yang melibatkan peserta dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat respon pemuda Kristen yang terlibat dalam kegiatan Penalaran Kitab Suci, khususnya berfokus pada bagaimana mereka menciptakan ruang yang ramah bagi kehadiran yang lain. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif analitis, dengan data yang dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara dengan responden yang dipilih secara purposif, dan pengumpulan literatur dan dokumen yang relevan. Responden akan mencakup penyelenggara kegiatan Penalaran Kitab Suci dan peserta Kristen. Data akan dianalisis dengan menggunakan konsep keramahtamahan hermeneutis Marianne Moyaert. Penelitian ini menyoroti pentingnya keterbukaan hermeneutis sebagai ekspresi keramahtamahan dalam komunitas Kristen dan pentingnya menciptakan ruang untuk dialog antaragama. Pembacaan teks-teks suci juga dapat membantu mencegah potensi konflik sentimen agama berdasarkan penafsiran kitab suci.</p>Gerry Nelwan
Hak Cipta (c) 2024 Reformed Center for Religion and Society
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-11-182024-11-18112395610.33550/sd.v11i2.473Pengaruh Elemen Eksternal terhadap Pengambilan Keputusan Manusia
https://societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/480
<p style="font-weight: 400;"><em>Tulisan ini merupakan analisis terhadap dua teks penting dalam dua tradisi budaya, yaitu kisah “Kejatuhan” dalam pasal 3 kitab Kejadian pada tradisi Yahudi-Kristen dan “Sang Durjodana Arsa Ngasoraké Pandawa sarana Prang Dadu” dalam epos Mahabharata pada tradisi Jawa, Sadjarah Pandawa Korawa, karya Raden Tanojo. Penyandingan kedua teks ini menggunakan metode karakterisasi yang berfokus pada perkataan dan tindakan yang dilakukan oleh ular dan Sengkuni sebagai representasi dari unsur eksternal yang mampu memengaruhi tindakan manusia. Keduanya digambarkan sebagai sosok yang cerdas dan licik, serta menggunakan kelicikannya untuk menggoda tokoh lain, Hawa dan Yudhistira, untuk berbuat dosa atau kesalahan. Selain itu, pembacaan teks Kitab Kejadian dapat memberikan perspektif bahwa tidak semua hal harus berakhir dengan peperangan dan kekerasan dalam Mahabharata. Di samping itu, teks Mahabharata dapat memberikan perspektif bahwa manusia harus berani menanggung kesalahannya, alih-alih berlari dan bersembunyi seperti yang diceritakan dalam Kitab Kejadian.</em></p>Yohannes Bramanda Ryan KharismaIndra Tanureja
Hak Cipta (c) 2024 Reformed Center for Religion and Society
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-12-272024-12-2711215517210.33550/sd.v11i2.480Abangan, Kejawen, dan Para Penjual Mimpi
https://societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/472
<p>Penelitian ini membahas dinamika sosial-budaya komunitas pesisir Jawa dengan menyoroti eksistensi kepercayaan tradisional asli mereka: kejawen (<em>javanism</em>) dengan keunikan spiritualnya dan abangan yang secara praktis mencerminkan Islam dalam bentuk sinkretis dengan budaya Jawa dan sufisme. Fokus penelitian ini mencakup enam daerah: Subang, Cirebon, Pekalongan, Rembang, Tuban, dan Pasuruan. Dengan menggunakan analisis domain Spradley, penelitian ini mendalami model spiritual dan praktik Kejawen dan Abangan, termasuk tradisi unik seperti mistisisme dan gelar budaya. Observasi partisipatif mengungkap bahwa komunitas Kejawen dan Abangan masih bertahan, mengamalkan keyakinan mereka, dan membentuk identitas komunitas yang memperkuat hubungan sosial di antara anggotanya. Ironisnya, beberapa praktik menyimpang seperti perdukunan, pelaris dan pesugihan, sering dikaitkan dengan kelompok tersebut. Temuan juga menunjukkan bahwa moderasi beragama berperan penting dalam menjaga kesinambungan tradisi, mengidentifikasi penyalahgunaan kepercayaan, serta mempromosikan harmoni. Penelitian ini memberikan wawasan tentang ketahanan budaya Jawa di tengah dinamika masyarakat kontemporer.</p>Nely Rahmawati ZaimahMarita Ika JoesidawatiFatchiatuzahroSuwartiningsihMuhammad Henry Wahyudi
Hak Cipta (c) 2024 Reformed Center for Religion and Society
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-12-302024-12-3011217320510.33550/sd.v11i2.472Keadilan (Sosial) dalam Perspektif Teologi Biblika
https://societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/486
<p>Perjuangan untuk menghadirkan keadilan sosial kadang dicurigai sebagai bentuk marxisme kebudayaan. Apakah pandangan seperti ini representatif dari perspektif teologi Kristen? Tentu, jawaban yang diberikan akan tergantung dari pemahaman kita tentang keadilan sosial itu sendiri. Dengan begitu, kita perlu melihat beberapa bagian Kitab Suci untuk mendapat gambaran yang lebih seimbang tentang hal ini.</p>Billy Kristanto
Hak Cipta (c) 2024 Reformed Center for Religion and Society
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-10-292024-10-291129710110.33550/sd.v11i2.486